Selasa, 14 Juni 2011

Budidaya Tanaman Anggrek

 


PEMBIBITAN
Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, konvensional dan dengan metoda kultur in vitro. Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara konvensional adalah sebagai berikut :
Perbanyakan vegetatif malalui pemecahan/pemisahan rumpun seperti Dendrobium sp., Oncidium sp., Cattleya sp., dan Cymbidium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang seperti Dendrobium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp., yang selanjutnya ditanam ke media yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata. Perbanyakan secara vegetatif ini akan menghasilkan anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan induknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif ini tidak praktis dan tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas.
Perbanyakan generatif yaitu dengan biji. Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan), sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji tersebut.
Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam diperlukan tanaman dalam jumlah banyak pula. Oleh karena itu peningkatan produksi bunga pada tanaman anggrek hanya dapat dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman yang efisien. Pada saat ini metode kultur in vitro merupakan salah satu cara yang mulai banyak digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek. Kultur in vitro pertama kali dicoba oleh Haberlandt pada tahun 1902, karena adanya sifat tanaman yang disebut totipotensi yang dicetuskan oleh kedua orang sarjana Jerman Schwann dan Schleiden pada tahun 1830. 
Metode kultur in vitro yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti : akar, daun, batang, mata tunas) dan jaringan-jaringan generatif (seperti : ovule, embrio dan biji) pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik (bebas mikroorganisme).
Secara generatif, benih tanaman diperoleh melalui biji hasil persilangan yang secara genetis biji-biji tersebut bersifat heterozigot. Sehingga benih-benih yang dihasilkan mempunyai sifat tidak mantap dan beragam. Dengan cara ini untuk mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya sangatlah sulit, karena persilangan anggrek telah berkembang demikian luasnya. Namun dengan cara ini akan diperoleh varietas baru.
Secara vegetatif yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif atau kultur jaringan seperti akar, daun, batang atau mata tunas pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik. Dengan metode ini dapat diharapkan perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara cepat dan berjumlah banyak, serta sama dengan induknya.

•  Bercak Daun Cercospora spp. 
1) Tanaman inang :
Semua jenis anggrek terserang oleh penyakit ini, terutama yang ditanam di tempat terbuka, seperti Vanda sp., Arachnis sp., Aranda sp., Aeridachnis sp. dan sebagainya. 
2) Gejala serangan :
Penyakit timbul hanya apabila keadaan lingkungan lembab. Mula-mula pada sisi bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil berwarna coklat. Bercak-bercak dapat berkembang melebar dan memanjang, dan dapat bersatu membentuk bercak yang besar. Pada pusat bercak yang berwarna coklat keputihan, cendawan membentuk kumpulan-kumpulan konidiofor dengan konidium, yang bila dilihat dengan kaca pembesar (loupe) tampak seperti bintik-bintik hitam kelabu. Pusat bercak akhirnya mengering dan dapat menjadi berlubang. Gejala ini lebih banyak terdapat pada daun-daun tua.
3) Morfologi/Epidemiologi :
Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3-12. Konidiofor pendek, bersekat 1-3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul pada tanaman muda, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua.

•  Bercak Coklat Ralstonia (Pseudomonas) cattleyae (Pav.) Savul 
1) Tanaman Inang :
Penyakit terutama menyerang Phalaenopsis sp. dan Catleya sp.
2) Gejala serangan :
Penyakit ini terutama merugikan Phalaenopsis sp. Bagian tanaman yang terserang yaitu daun dan titik tumbuh. Penyakit sangat cepat menjalar, dan pada daun yang terserang terjadi bercak lunak, kebasah-basahan dan berwarna kecoklatan atau hitam. Penyakit meluas dengan cepat. Jika penyakit mencapai titik tumbuh, tanaman akan mati. Bagian yang sakit mengeluarkan lendir (eksudat), yang dapat menularkan penyakit ke tanaman lain, melalui penyiraman. 
Pada daun Cattleya sp. penyakit tampak sebagai bercak-bercak mengendap, hitam dan kebasah-basahan. Pada umumnya penyakit hanya terbatas pada satu atau dua daun, dan tidak mematikan tanaman.
3) Epidemiologi :
Massa bakteri sering muncul di permukaan jaringan tanaman sakit. Penyakit ini berkembang pada kondisi lingkungan yang basah dan suhu yang tinggi. Penyakit dapat menular melalui alat-alat pertanian, air, media tumbuh dan benih yang terinfeksi. 

•  Busuk Lunak Erwinia spp. 
1) Tanaman Inang :
Penyakit ini dapat menyerang semua jenis anggrek bahkan tanaman lain yang lunak jaringannya. 
2) Gejala Serangan :
Penyakit ini menyerang tanaman anakan dalam kompot. Daun-daun anakan terlihat berair dan warna daun berubah kecoklatan. Pada pseudobulb atau bagian lunak lainnya terjadi pembusukan disertai bau yang tidak enak. Bakteri ini menimbulkan pembusukan pada jaringan yang lunak dan pada jaringan yang bekas digigit serangga. 
3) Morfologi/Epidemiologi :
Sel bakteri berbentuk batang, tidak mempunyai kapsul, dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela yang terdapat di sekeliling sel bakteri.
Bakteri patogen mudah terbawa oleh serangga, air, media tumbuh dan sisa tanaman yang terinfeksi, serta alat-alat pertanian. Suhu optimal untuk perkembangan bakteri adalah 27° C. Pada kondisi suhu rendah dan kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya.
•  Rebah Bibit Pythium ultinum, Phytohpthora cactorum dan Rhizoctonia solani. 
1) Tanaman Inang :
Penyakit ini dijumpai pada tanaman muda dalam kompot pada anggrek jenis Cymbidium sp., Dendrobium sp., Oncidium sp. dan sebagainya.
2) Gejala Serangan :
Pada tanaman muda ditandai dengan gejala damping off, yaitu tanaman mati dan roboh. Bagian pangkal tanaman membusuk, sehingga tidak kuat berdiri tegak. Penyakit berkembang ke atas ke bagian-bagian lunak lainnya. 
3) Epidemiologi :
Patogen tersebut terpencar malalui air. R. solani bertahan lama di dalam tanah (media tumbuh). 
•  Bercak Daun Pestalotia sp. 
1) Tanaman Inang :
Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp., Arachnis sp., Dendrobium sp. dan Oncidium sp.
2) Gejala Serangan 
Pada daun-daun tua dijumpai bercak dengan titik-titik hitam di bagian tengahnya. Mula-mula bercak berwarna kuning agak coklat. 
3) Epidemiologi :
Patogen memencar dengan spora yang terjadi apabila ada perubahan yang mendadak dari keadaan basah kemudian kering dan disertai angin.
•  Bercak Botryodiplodia sp. 
1) Tanaman Inang :
Penyakit ini dijumpai pada anggrek jenis Vanda sp. dan Arachnis sp.
2) Gejala Serangan :
Pada anggrek Vanda sp. penyakit ditandai dengan bercak memanjang berwarna coklat sampai hitam. Gejala terjadi baik di daun maupun batangnya. Bercak tidak terbatas pada bagian-bagian yang tua saja tetapi yang mudapun terserang. 
3) Epidemiologi :
Penyakit memencar dengan sporanya yang berada di dalam badan buahnya. Spora memencar bila terjadi perubahan cuaca yang mendadak dari basah ke kering.
•  Bercak Bunga Botrytis cenerea 
1) Tanaman Inang :
Penyakit ini terutama menyerang bunga pada anggrek jenis Phalaenopsis sp. dan Cattleya sp..
2) Gejala Serangan :
Pada mahkota bunga mula-mula terdapat bintik-bintik hitam. Bila penyakit telah berkembang lebih lanjut dengan bintik yang sangat banyak, bunga akan busuk dan menghitam. 
3) Epidemiologi :
Penyakit ini berkembang bila kelembaban sangat tinggi. Pemencaran penyakit dilakukan dengan sporanya yang sangat mudah diterbangkan angin.
•  Karat Uredo sp. 
1) Tanaman Inang :
Penyakit karat dijumpai pada Oncidium sp. dan jenis-jenis lainnya.
2) Gejala Serangan :
Pada permukaan daun terdapat pustul berwarna kuning. Setiap pustul dikelilingi oleh jaringan daun klorotik. Serangan yang hebat menyebabkan daun mengering. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon masukan buat kemajuan website untuk smk-nganjuk tercinta ini.